PENGARUH MODERNISASI PADA SENI PERTUNJUKAN TEATER di INDONESIA
PENGARUH
MODERNISASI PADA SENI PERTUNJUKAN TEATER di INDONESIA
PENDAHULUAN
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
kebiasaan dan dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama serta
terwariskan kepada anak cucunya. Salah satu unsur dari kebudayaan adalah SENI.
Seni atau kesenian merupakan keahlian manusia dalam karyanya yang bermutu,
dilihat dari segi kehalusan dan keindahan. Setiap bangsa, suku bangsa, bahkan
setiap diri manusia mempunyai seni. Indonesia yang dihuni oleh ratusan suku
bangsa pun begitu, memiliki beraneka ragam kesenian. Salah satunya adalah seni
pertunjukan. Misalnya adalah seni tari tradisional, seni wayang orang, wayang
kulit, kethoprak dan lain sebagainya. Kesenian sudah ada sejak dahulu dan
diwariskan kepada generasi mudanya sampai sekarang. Kesenian atau seni ini
disebut tradisional.
Pada era globalisasi ini sesuatu yang berbau
tradisional mengalami penurunan peminat. Kuno itulah mungkin citra tradisional
dibenak anak muda jaman sekarang. Tetapi seni tradisional tidak boleh hilang
karena itu adalah sebuah warisan yang harus dijaga keberlangsungannya.
Mengatasi hal ini Indonesia harus melakukan sebuah inovasi yang baru untuk seni
pertunjukan tradisional agar dapat menarik minat masyarakat untuk mempelajari
dan ikut serta menjaga keberlangsungannya.
Seni pertunjukan tradisional diIndonesia sangat
beragam macamnya pada penulisan kali ini saya membatasi pada seni pertunjukan teater diIndonesia
seperti ketoprak, ludruk, lenong dll. Seni pertunjukan teater yang begitu eksis
di masanya ini kini sudah jarang menampilkan perfomanya didalam ranah publik
loh. Padahal seni pertunjukan teater tradisional ini biasanya member nasihat
yang begitu kental dan bermakna pada setiap alur yang dimainkannya. Lalu
bagaimana cara tetap melestarikan serta mempertahankan seni pertunjukan
tradisional yang ada diIndonesia dalam era modernisasi ini, agar tidak ada
negara lain yang mengaku-ngaku dan mengambil hak cipta seni pertunjukan
tradisional Indonesia. jika bukan kita
(kaum muda) siapa lagi yang akan terus melestarikan kebudayaan didalam negeri
ini
PEMBAHASAN
a. SEJARAH
SENI PERTUNJUKAN TEATER di INDONESIA
Teater berasal dari kata
teatron (Bahasa Yunani) artinya tempat melihat (Romawi, auditorium; tempat
mendengar). Bangsa
yang memiliki pengaruh cukup besar pada seni pertunjukan yang ada diindonesia
diantaranya yaitu bangsa india, arab, cina dan bangsa barat (eropa). Karena
pengaruh budaya bangsa tersebutlah Indonesia kita ini jadi begitu kaya akan
seni pertunjukan tradisional.
Seni pertunjukan tradisional yang sudah terlihat kuno ini nyatanya masih
dapat hadir ditengah-tengah hiruk-pikuknya perkembangan berbagai produk
teknologi canggih yang ditayangkan lewat
layar kaca televisi. Kethoprak komersil
atau professional dari jawa usianya belum begitu tua namun
perkembangannya sekarang kembang kembis ibarat hidup tak mau mati tak
hendak. Adapun penyebab dari hidup
matinya sebuah seni pertunjukan ada bermacam-macam. Ada yang disebabkan oleh
perubahan yang terjadi dibindang politik, ada yang disebabkan oleh masalah
ekonomi, ada yang karena perubahan selera masyakarat penikmat dan ada pula yang
karena tidak mampu bersaing dengan seni pertunjukan lainnya.
Seni pertunjukan lenong yang kemarin hampir jarang
terlihat kini sudah mulai come back diacara televisi swasta dengan sedikit gaya baru dan sudah bukan
hanya untuk rakyat betawi tapi diperuntukan kepada masyarakat Indonesia.
b. MACAM SENI PERTUNJUKAN TEATER NUSANTARA
Seni pertunjukkan tradisional teater di Indonesia
diantaranya adalah;
1.
Lenong
Lenong merupakan seni pertunjukan teataer yang
berasal dari betawi.
Ada dua jenis lenong: Lenong Denes dan Lenong Preman.
-
Lenong Denes (lakonnya tentang raja-raja dan pangeran)
sekarang sudah jarang dipentaskan, karena hamir nnggak ada penerusnya.
-
Lenong Preman (yang lakonya tentang
rakyat jelata), seperti yang kita kenal sekarang.
Karena berkembangnya jaman dan tuntunan keaadan,
maka terjadi perubahan-perubahan. Setelah diresmi Pusat Kesenian Jakarta-Taman
Ismail Marzuki, Lenong yang tadinya hanya dimainkan dikampung-kampung, oleh SM.
Ardan, dibawa ke Taman Ismail Marzuki, tapi waktu pertunjukannya diubah yang
tadinya semalam suntuk menjadi hanya berdurasi satu atau dua jam setengah saja.
Longser
adalah seni pertunjukan dari Jawa Barat. Longser berasal dari kata Melong
(melihat) dan Sederet ( Tergugah). Artinya bahwa siapa yang melihat (menonton)
pertunjukan hatinya akan tergugah. Longser bersifat hiburan yang sederhana,
jenaka dan menghibur. LOngser bisa dipentaskan dimana saja., karena tanpa
dekorasi yang rumit. Penonton bisa menyaksikannya dengan duduk melingkar.
3.
Ketoprak
Pertama kali Ketoprak dipentaskan sekitar tahun 1909. Berasal dari Yogyakarta seni pertunjukan ini begitu eksis dimasanya. Awalnya Ketoprak hanyalah permainan orang-orang desa yang sedang menghibur diri dengan lesung dibulan purnama, yang disebut gejogan. Semula disebut dengan ketoprak lesung, kemudian dimasukan alat musik, nyanyian dan lakon yang mengambarkan kehidupan rakyat perdesaan, maka jadilah seperti ketoprak yang kita kenal sekarang.
Ludruk berasal dari Jawa Timur yang bersifat kerakyatan Asalnya dari Jombang. Pada pertunjukan Ludruk, semua perwatakannya dimainkan oleh laki-laki. Cerita yang lakonkan biasnya tentang skertsa kehidupan rakyat atau masyarakat, yang dibumbui dengan perjuangan melawan penindasan.
5.
Arja
Bali sangat kaya dengan seni pertunjukan salah satunya adalah
Arja. Arja ini bersifat kerakyatan. Penekanan pada pertunjukan Arja adalah pada
tarian dan nyanyian. Arja umumnya mangambil lakon dari Gambuh, yaitu; yang bertolak
dari cerita gambuh. Lalu pada perkembanganya dimainkan juga lakon dari Ramayana
dan Mahabharata. Tokoh-tokoh yang muncul dalam Arja adalah Melung (Inye,
Condong) pelayang wanita, Galuh atau Sari, Raja Putri, Limbur atau Prameswari,
manti dan lain sebagainya.
6. Kemidi Rudat
Berasal
dari kebudayaan Melayu. Irama musiknya bernada
Melayu. Dengan instrumen musik rebana,
tambur, biola dan gamelan. Alurnya pun bersumber dari cerita Melayu lama dan dialognya diucapkan dalam bahasa Melayu.
7. Kondobuleng
Kondobuleng merupakan teater tradisional yang berasal dari suku
Bugis, Makassar.). Kondobuleng berarti bangau putih. Tontonan Kondobuleng ini mempunyai makna simbolis. Ceritanya
simbolik, tentang manusia dan burung bangau. Dan dimainkan dengan gaya lelucon, banyolan yang dipadukan dengan gerak .Yang unik dari tontonan ini adalah tidak
adanya batas antara karakter dengan properti
yang berlangsung pada adegan tertentu.
Mereka pelaku, tapi pada adegan yang sama mereka
adalah perahu yang sedang mengarungi samudera. Tapi pada saat itu pula mereka adalah juga penumpangnya.
8. Randai
Teater Tradisional Randai yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat ini bertolak dari sastra lisan yang disebut kaba (yang artinya “cerita”). Kaba yang berbentuk gurindam dan pantun didendangkan dengan iringan saluang, rabab, bansi dan rebana. Tontonan berlangsung dalam pola melingkar berdasarkan gerak- gerak tari yang bertolak dari silat. Gerak-gerak silat ini disebut gelombang. Biasanya ditampilkan dalam rangka upacara adat atau festival.
9.Makyong
Teater tradisional makyong berasal dari pulau Mantang, salah satu pulau di daerah Riau. Pada mulanya tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian, tapi pada perkembangannya kemudian dimainkan cerita-cerita rakyat, legenda-legenda dan cerita-cerita kerajaan. Tontonan Makyong diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang panjak (pawang) agar semua yang terlibat dalam persembahan diberi keselamatan. Unsur humor, tari, nyanyi dan musik mendominasi tontonan. Tidak seperti tontonan teater tradisional yang lain, dimana umumnya dimainkan oleh laki-laki, pada tontonan Makyong yang mendominasi justru perempuan. Kalau pemain laki-laki muncul, mereka selalu memakai topeng, sementara pemain wanita tidak memakai topeng. Cerita lakon yang dimainkan berasal dari sastra lisan berupa dongeng dan legenda yang sudah dikenal oleh masyarakat.
10.Mamanda
Teater Tradisional Mamanda berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tahun 1897, datanglah rombongan Bangsawan Malaka ke Banjar Masin, yang ceritanya bersumber dari syair Abdoel Moeloek. Meskipun masyarakat Banjar sudah mengenal wayang, topeng, joget, Hadrah, Rudat, Japin, tapi rombongan Bangsawan ini mendapat tempat tersendiri di masyarakat. Pada perkembangannya nama Bangsawan merubah menjadi Badamuluk. Dan berkembang lagi menjadi Bamanda atau mamanda. Kata Mamanda berasal dari kata “mama” berarti paman atau pakcik dan “nda” berarti “yang terhormat”. Mamanda berarti “Paman yang terhormat”. Struktur dan perwatakan pada tontonan Mamanda sampai sekarang tidak berubah. Yang berubah hanyalah tata busana, tata musik dan ekspresi artistiknya.
c. PERBEDAAN
ANTARA SENI PERTUNJUKAN TEATER TRADISIONAL DAN MODERN
Teater Tradisional dari suatu
daerah umumnya bertolak dari sastra lisan yang berupa pantun, syair, legenda
dongeng dan cerita-cerita rakyat setempat. Teater tradisional lahir dari suatu
kehidupan masyarakat dengan lingkungannya terjadi dengan begitu alami dan
menjadikan teater sebagai warisan nenek moyang. Teater berkembang benar-benar
ditengah masayarakat itu sendiri. Karena
penceritaan yang dihadirkan sangat dekat dengan persoaalan yang dialami oleh
masyarakat setempat.
Betuk-bentu pertunjukan tradisional
ini dipertegas oleh Jakob Soemardja dalam
buku perkembangan teater dan darama Indonesia bahwa unsure-unsur teater
rakyat yang poko adalah cerita, pelaku dan penonton. Unsur cerita dapat
diperpanjang atau diperpendek menurut
respond an suasana penontonnya. Cerita dibawkan dengan acting (pemeranan) atau
dengan menari dan menyanyi. Para pelaku berkostum sesuai dengan referensi
budaya masyarakatnya, meskipun ada acuan terhadap tradisi lama.
Ciri-ciri umum
teater rakyat ini adalah:
1. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa
sejarah, dongeng mitologi atau kehidupan sehari-hari.
2. Penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian.
3. Unsur lawakan selalu muncul.
4. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan serta dalam
satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus, yakni tertawa dan menangis.
5. Pertunjukan menggunakan tetabuhan atau music tradisional.
6. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab dan
bahkan tak terelakkan adanya dialog langsung antara pelaku dan publiknya.
7. Mempergunakan bahasa daerah.
8. Tempat pertunjukan terbuka dalam bentu arena (dikelilingi
penonton)
Perubahan itu membawa kita untuk mencoba membagi, ada masyatakat tradisional (perdesaan) dan ada masyarakat modern (perkotaan). Perubahan yang terjadi ditengah masyarakat juga mempengaruhi perumahan kesenian yang ada.
Teater
modern di Indonesia adalah produk-produk orang kota, diciptakan oleh penduduk
kota untuk penduduk kota pula. Pada dasarnya bentuk teater modern merupakan
hasil dari pengaruh kesenian modern Barat dikota-kota.
Adapun
cirri-ciri dari bentuk teater modern secara garis besar dan mendasar adalah
sebagai berikut:
1.
Pertunjukan telah dilakukan ditempat
khusus, yakni sebuah bangunan panggung yang memisahkan penonton dengan pemain.
2.
Penonton harus mebayar.
3.
Fungsinya adalah sebagai hiburan
dalam segala gradasinya.u
4.
Unsur cerita erat kaitannya dengan peristiwa-peristiwa sezaman.
5.
Adanya karakter modern seperti
intermeso, pemimpin pertunjukan, lagu-lagu kerongcong atau melayu mengunakan
peralatan music modern.
6.
Bahasa yang dipakai adalah bahasa
Indonesia.
7.
Adanya pengangan cerita tertulis
atau bahkan naskah-naskah drama tertulis.
Begitulah
kiranya perbedaan antara seni pertunjukan teater tradisional dan modern yang
ada pada saat sekarang ini.
d.
TEATER DI ERA MODERN
Teater harus dijadikan sebuah tempat menuangkan
aspresiasi pada perubahan zaman ini. Menjadi sebuah wadah untuk mengkritisi,
mengkoreksi, serta merubah pemikiran seseorang akan sebuah perubahan social.
Pada teater modern sudah memiliki hukum-hukum
panggung yang tidak boleh dilanggar. Dan melakukan persiapan pementasan sudah
dari jauh hari dengan melakukan sebuah proses latihan yang panjang agar saat
tampil pementasan terlihat menarik dan tidak mengecewakan. Saat init teater
dipentaskan disebuah gedung atau tempat khusus dengan cara pengunjung membeli
tiket. Sedikit kurang efektif ketika mereka pada penggemar seni pertunjukan
tetapi tidak dapat menonton langsung ke tempat pementasan. Ya begitulah sesuatu
pasti ada kurang dan lebihnya bukan? Belakangan ini sudah banyak teater yang
berupa drama ditampilkan dilayar kaca televisi. Menjadi sebuah mini drama,
flim, bahkan sinetron merupakan contoh perkembangan dari seni pertunjukan
teater ini. Pada perkembangannya teater sesungguhnya memiliki daya tarik
tersendiri karena menjadi sebuah hiburan yang dapat menguras emosi dan kita
dapat mengkritisi sebuah alur. Dan dapat juga mengetahui biografi seorang
pahlawan dari sebuah teater. Pertunjukan teater digedung-gedung terutama
diJakarta biasa dibintangi oleh aktor-aktor ternama yang ada diIndonesia
Teater modern mulai digeluti oleh
para mahasiswa yang memiliki minat didunia seni pertunjukan ini. mereka membuat
ukmnya dapat diperhitungkan didunia kesenian. Salah satunya adalah Kelompok
teater mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya
(Stikosa-AWS) ini mengkritisi perilaku manusia modern yang mulai kesetanan.
Pledoi
setan teater lingkar, potret manusia modern yang kesetanan.
"Tugas kita dapat terus menggoda anak cucu adam sepertinya mulai
tergantikan oleh manusia sendiri. Dalam kehidupan abadi kita, apa kita hanya
duduk diam, bengong, dan menjadi penonton saja?"
Begitulah cuplikan dialog yang
diucapkan salah satu setan muda kepada Tuhan. Ketua Umum UKM Teater Lingkar
Enny Sepoh Suryani mengatakan, lewat pentas ini pihaknya berusaha menyajikan
pertunjukan yang edukatif.
Pada era modern seni pertunjukan
teater tradisional diindonesia sudah
banyak mendapatkan penghargaan. Salah satu contohnya adalah sanggar teater
garasi.
September 2013 lalu, Teater Garasi
diumumkan sebagai salah satu penerima Penghargaan Prince Claus 2013. Duta Besar
Kerajaan Belanda di Indonesia akan menyerahkan penghargaan tersebut Rabu (26/3).
Teater garasi berasal dari
Yogyakarta. Teater Garasi adalah kolektif seniman lintas disiplin yang
menjelajah dan merancang berbagai kemungkinan pertunjukan dan penciptaan seni
sebagai sebagian upaya membaca menyingkap
dan memahami perubahan –perubahan yang terjadi di lingkunganna.
e. MENGATASI
PENURUNAN PEMINAT SENI TEATER TRADISIONAL diINDONESIA
Bagaimana mengatasi peminat yang
semakin menurun pada seni teater ini?
Pertama kita harus mengetahui apa
yang disukai dan tidak disukai oleh masyarakat modern. Biasanya masyarakat
modern tidak menyukai sesuatu yang lama, ribet, bertele-tele, nggak jelas,
nggak hits. Jadi bagaimana kita mengadakan sebuah teater yang menghibur, mudah
dimengerti dan tepat sasaran untuk menyampaikan pesan pesan moral yang terdapat
pada cerita yang disajikan kepada masyarakat.
Dengan unsur cerita yang membangun dan tidak merusak mental bangsa.
Tepat sasaran dalam aturan penontonnya. Tidak selalu berunsur drama cinta padahal yang
mau nonton anak sd, disini harus tepat memilah dan memilih apa yang
ingin kita sampaikan. Ironisnya dijaman yang begitu canggih ini dimana media
dapat diakses dengan mudah justru banyak tontonan yang merusak mental generasi
muda. Tontonan yang tidak sesuai umur dan tidak mendidik. Hanya berisi hiburan
belaka tanpa pesan moral bahkan menjurus merusak moral. Jika tanpa pengawasan
orang dewasa bagaimana generasi bangsa Indonesia ini kedepannya. Pada era
globalisas ini sesungguhnya kita bisa memanfaatkan media yang ada baik media
komunikasi atau media cetak sekaligus. Dengan menampilkan teater tradisional
dalam tv swasta misalnya kita bisa memperkenalkan kepada masyarakat apa itu
lenong, ketoprak dll yang dikemas dalam bentuk lebih modern.
Membentuk sebuah komunitas di
sekolah, dikampus, lingkungan rumah bahkan kota tempat kita tinggal bagi sesama
pencinta seni pertunjukan teater juga salah satu cara yang tepat untuk
melestarikan seni ini. membuat suatu komunitas lagi lagi banyak media social
yang dapat kita gunakan untuk mengekpos kepada dunia luar apa saja yang kita
lakukan didalam komunitas itu, kita share semenarik dan seseru mungkin
agar “mereka” juga tertarik pada hal
yang kita lakukan dan akhirnya bergabung menjadi anggota seni pertunjukan
teater tersebut.
Setelah kita mempunyai sebuah
komunitas itu mungkin ita bisa membuat sebuah even teater yang pesertanya dari
sesama komunitas, lalu semakin besar dengan even-even antar komunitas berbeda
daerah mungkin. Disanalah kita dapat lebih tau bagaimana teater dari berbagai
daerah bertukar cerita, menambah teman juga kan.
Untuk anak anak diusia dini
menerapkan cinta Indonesia dari sedini mungkin bisa dengan memperdengarkan
music-musik daerah, mengajak ke museum-museum, menonton tayangan yang
bermanfaat bukan yang merusak cara berfikir mereka. Anak-anak cenderung dengan meniru apa yang
dilakukan orang dewasa jadi kita harus memberi contoh bukan hanya menyuruhnya
saja.
Yang terpenting adalah rasa
sadar dan rasa memiliki dalam diri kita
sendiri bahwa seni tradisional itu harus tetap terjaga dan terwariskan sampai
akhir zaman. Jika rasa sadar itu tidak
ada dalam diri kita semua akan percuma saja.
Kesimpulan
dan Saran
Pengaruh globalisasi membuat seni
pertunjukan teater diindonesia berkurang peminatnya karena mereka mungkin lebih
memilih menonton televisi atau bioskop sebenarnya tak ada yang salah karena itu
juga masih dalam bagian teater yang disayangkan adalah terkadang beberapa acara
televisi tidak memiliki unsur ketradisionalan
nah disinilah mungkin menjadi pintu gerbang masuknya budaya barat ke
seni pertunjukan Indonesia. Seni
pertunjukan teater tradisional tak bisa dipungkiri memang harus mengikuti
keadaan jaman jika tidak mau lenyap dari seni pertunjukan tanah air. Maka dari
itu kita harus melakukan inovasi tanpa menghilangkan nilai dan pesan serta
ketradisionalan dalam seni pertunjukan tersebut. Menjadi sebuah seni
pertunjukan yang lebih menyenangkan, membanggakan dan dapat mengharumkan nama
bangsa dijaman modern. Tidak hilang termakan jaman tetapi tumbuh menjadi
sesuatu yang baru, itulah yang saya harapkan kepada seluruh seni yang ada diIndonesia. Jika kita
sudah berhasil membuat kesenian tradisional dan berbagai seni yang ada
diindonesia ini sebagai jati diri bangsa bukan tidak mungkin jadi kesenian
Indonesia bisa mendunia dan menjadi suatu aset bangsa yang begitu beharga.
Agar tetap terjaga maka seperti
yang sudah saya tuliskan di atas mengenai bagaimana mengatasi penurunan minat
pada seni pertunjukan tradisional maka
kita juga harus mempraktikannya. Akan lebiih baik jika acara disaluran televisi
swasta menampilkan suatu acara yang lebih berguna dan memiliki nilai moral yang
dapat dicontoh dengan baik. untuk seni pertunjukan teater Modern juga masih
membutuhkan tempat atau panggung untuk menampilkan pertunjukan mereka. Bisa
juga bagi kalian yang ingin serius menggeluti dunia pertunjukan untuk mengikuti
kelas khusus (sanggar) atau bisa juga dengan memilih pendidikan yang terfokus
pada Ilmu Seni. Lalu untuk pada orang tua kalian juga harus berikut serta
dengan memperkenal apa itu seni kepada anak kalian dari usai sedini mungkin.
Dan kami pada kaum muda akan tetap meneruskan kesenian yang ada diIndonesia dengan cara kami sendiri. Jika sudah begini
seni akan menjadi sebuah keindahan yang bernilai lebih dimata dunia untuk
bangsa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Soedarsono (Raden Mas). (1999). Seni pertunjukan Indonesia di era
globalisasi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Sujarno, D.
(2003). Seni Pertunjukan Tradisional, Nilai, Fungsi dan tantangannya.
Sumardjo,J.
(1997). Perkembangan Teater dan Drama Indonesia.
Ibrahim, J.
(2012). Teater rakyat sebagai media kritik sosial: Fungsi humor dalam seni
pertunjukan Lenong Betawi. Jurnal
Humaniora, 18(1).
http://teatergarasi.org/?lang=en
http://m.beritajatim.com/gaya_hidup/207684/pledoi_setan_teater_lingkar,_potret_manusia_modern_yang_kesetanan.html
Comments
Post a Comment